Dec 6, 2013

Bukan Nelson Mandela Jika Tanpa Batik

Mandela memiliki nama kecil Nelson Rolihlahla yang lahir di desa kecil wilayah Transkei, Afrika Selatan pada tanggal 18 Juli 1918. Nama belakang Mandela ini memiliki arti yang unik, yaitu “Sang Pembuat Onar” terbukti dengan tangan dinginnya dalam mengubah Afrika Selatan menjadi Negara maju dan dalam usahanya dalam menghapus politik Apartheid, yaitu politik yang membedakan antara kulit putih dan kulit hitam, yang mana kulit putih memegang pemerintahan sedangkan kulit hitam tidak memiliki hak memilih, hidup dan sekolah terpisah dari kulit putih.

Dari usahanya tersebut Mandela mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 1993 dan berakhirlah politik Apartheid. Ia merupakan satu-satunya orang dalam keluarganya yang mengenyam bangku sekolah, di sekolah itulah akhirnya ia dipanggil Nelson oleh teman-temannya. Ia juga melanjutkan kuliah di kota Johannesburg dengan gelar Sarjana. 

Tokoh Dunia yang satu ini memang sangat mengagumkan dalam perjalanan hidupnya, dan yang mengagumkan lagi ternyata ia menyukai Batik Indonesia. Beliau memakai batik pada saat kunjungannya pertama kali untuk mendatangi konferensi APEC di Bogor tahun 1994. Tak disangka pada tahun 1997 ketika ia kembali ke Indonesia, Nelson berkunjung dengan penampilan yang membuat orang tercengang, ia datang dengan mengenakan batik bermotifkan burung merak dengan lengan panjang dan dikancingkan sampai ke leher. Kesukaannya pada batik tak berakhir di situ saja, ia terus mengenakan batik kemana saja, bahkan di forum-forum Internasional. Tokoh dunia dan penerima Nobel Perdamaian ini mengaku merasa memiliki hubungan dekat dengan Indonesia karena telah membantu berjuang dalam penghapusan politik Apartheid. 

Pria yang akrab dipanggil Madiba ini memang mengaku sangat tertarik dengan kemeja batik buatan Iwan Tirta. Dan dia pun mengenakan rancangan batik maestro batik Indonesia tersebut. Pada saat menghadap Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham, Nelson Mandela menggunakan mantel dan didalamnya menggunakan kemeja batik rancangan Iwan Tirta. Nelson juga mengenakan batik saat bertemu dengan George Bush di Washington DC.

Uniknya, karena Kegemaran Mandela menggunakan batik, membuat harga Batik di Afrika Selatan menjadi sangat mahal harganya. Kabarnya, Mandela hanya tertarik menggunakan batik Indonesia.
______________________________________

Sudah baca bagian yang saya bold di atas? Sekarang, kamu merasa bangga atau malu? Ya, saya merasakan keduanya. Di satu sisi saya bangga karena batik Indonesia bisa menjadi pakaian formal favorit seorang Nelson Mandela yang merupakan aktivis dunia melalui gerakan anti-apartheid-nya yang juga menjadikannya sebagai penerima Nobel Perdamaian pada tahun 2013. Tapi di lain hal saya malu. Malu karena beliau menggunakannya tanpa malu dan risih ketika berada di forum internasional dan tentu bertemu dengan tokoh-tokoh dunia, dengan batik. Sedangkan kita hanya menggunakannya untuk hal yang sifatnya reguler atau juga karena memang peraturan. Dalam acara besar tak jarang kita justru lebih bangga menggunakan jas perlente dengan set lengkap dilengkapi sepatu kulit hitam yang yang licin mulus untuk menunjukan kesuksesan kita.


Kecintaan Nelson Mandela akan batik setidaknya membuat saya sadar, bahwa saya harus bisa lebih menghargai corak yang telah diakui sebagai warisan budaya Indonesia ini. Lagi pula, batik membuat kita lebih menarik bukan? Jika dibandingkan dengan jaket kulit ala geng motor Amerika atau kaos warna warni dengan gambar lucu yang entah dari mana asalnya, batik membuat rasa percaya diri saya meningkat mungkin lebih dari sepuluh kali lipat. Coba kamu pakai batikmu sekarang dan rasakan sendiri. Menurut saya kelebihan lain dari batik adalah bahwa:
  • Batik merupakan corak pakaian kebanggan dan identitas orisinil Indonesia.
  • Batik mudah ''masuk'' dalam segala kondisi. (disesuaikan dengan model batiknya)
  • Batik itu fleksibel, terlebih saat ini banyak model untik yang menggunakan corak batik.
  • Batik itu merakyat. Tidak mahal ternyata untuk memiliki batik, terutama di Solo dan Jogja.
Saya mengusahakan setidaknya dalam seminggu ada satu atau dua hari untuk mengenakan kemeja batik ke kampus. Tentu ini adalah cara yang mudah untuk mengapresiasi budaya sendiri. Anehnya, ketika mengenakan batik banyak yang terheran dan mengira saya ingin menghadiri acara pernikahan dan sejenisnya. Anehkah? Dan juga banyak yang selalu bicara soal tradisi dan budaya, tapi selalu mengenakan baju kaos ala black metal dan celana denim. Melestarikan itu berarti menerapkannya dalam keseharian dan bukan jadi momentum semata dan justru jadi kedok unjuk gigi.


Contohlah Mandela. Beliau sanggup menggunakannya di ranah internasional. Saya sampai terkejut melihat beliau memakai batik ketika tampil dalam salah satu rangkaian acara World Cup di Afrika silam. Bukan mengenakan pakaian khas Afrika, tapi beliau justru mengenakan batik! Luar biasa. Tapi sayang, kini kita tidak bisa lagi melihat indahnya corak batik menghiasi badan Nelson Mandela lagi. Hari ini, Jumat 06 Desember 2013, Nelson Mandela dijemput oleh Tuhan untuk beristirahat dengan tenang setelah sebelumnya dikabarkan hidup dalam pesakitan.

Dua hal yang paling saya ingat dari Mandela adalah batik dan senyum tulusnya yang kalau melihatnya lebih dalam, kita bisa merasa nyaman. Ya, Nelson Mandela adalah salah satu inspirasi saya untuk mampu melihat hidup dengan penuh ketenangan, dengan senyum. Kini senyumnya sudah terbawa oleh Tuhan, tapi senyam kami karena ketulusan dan keberaniannya masih melebar dan menggambarkan bahwa hidup itu (masih) indah. Saya berjanji Pak, untuk tetap menggunakan batik seperti yang Bapak lakukan selama ini. :)


Selamat Jalan, Pahlawan Dunia... Nelson Mandela. (1819-2013)


Faiz Ridhal Malik


Related Articles