May 27, 2014

Ketika Saya Harus SMS Dosen



Malam ini seperti biasa, buka Kaskus dan lihat salah satu thread yang masuk hot thread list. Judul thread itu sangat cocok dengan kondisi mahasiswa, khususnya mahasiswa tingkat akhir yang sedang rajin-rajinnya bimbingan dan tentu buat janji dengan dosen. Judul thread itu, "Seharusnya Begini Etika Ber-SMS dengan Dosen Agan". Nah, akhir-akhir ini juga saya sedang rajin-rajinnya SMS dosen pembimbing dan penguji tentang jadwal seminar proposal penelitian saya. Wah, sudah berapa kali saya SMS beliau dan tentu dalam hati saya sendiri juga merasa tidak enak dengan SMS-SMS saya meskipun sudah saya susun sesopan dan setepat mungkin timing pengirimannya.

Jadi ingat, dulu pertama kali saya menghubungi dosen itu ke Pak Toto yang sekarang menjabat sebagai ketua jurusan. Dulu maksudnya untuk menanyakan tentang kelas Teori Komunikasi yang beliau ampu dan jadilah saya SMS beliau dengan gaya ala sobat sejati. Kira-kira begini bunyi SMS saya waktu itu: "Permisi Pak, Betul ini dengan Pak Toto? Mau bertanya, Pak. Kuliah TeoKom hari ini jadi apa tidak ya, Pak?" Tak lama ada balasan dari beliau "Ya ada" dan saya langsung mengabari hal itu ke kelas tanpa ingat berterimakasih pada Sang Dosen. Duh! Kacau sekali kalau diingat lagi. Pertama kalinya SMS ke dosen sepanjang kuliah, semester satu dengan first impressions yang "gak banget".

Malunya lagi, ketika di kelas TeoKom itu, intermezzo yang diberikan Pak Toto bukan soal materi perkuliahan melainkan bunyi SMS saya yang saya kirim ke beliau sebelumnya. Habis! Beliau bercerita, "Tadi ada yang SMS saya tapi seperti orang nyasar. Dia tanya sama saya kalau saya ini Pak Toto atau bukan? Padahal disini yang namanya Toto kan banyak? Dia juga gak perkenalkan diri dulu, lagi. Saya kan jadi gak tau ini SMS dari siapa. Ya saya maklum lah. lain kali jangan begitu lagi ya." Semua mata menengok ke saya dan saya hanya bisa senyum menunduk menahan malu. Siap, Pak! Pelajaran buat saya.


Mulai dari kejadian itulah, saya mulai menerapkan persyaratan khusus ketika kontak dengan dosen, khususnya SMS, diantaranya:

1. Ketahui karakteristik dosen
Dosen itu banyak tipenya. Ada yang prefer untuk dihubungi via telepon saja, SMS saja atau bahkan keduanya pun oke. Untuk beberapa dosen malah ada yang lebih memilih e-mail dibandingkan telepon atau SMS. Kenali tipe dosen kamu dan ketahui media "favorit" beliau untuk berkomunikasi. Bisa tanyakan langsung atau ke teman yang memang sering kontak dengan beliau.

2. Perkirakan timing yang tepat
Jangan SMS dosen pada waktu-waktu yang salah! lebih baik ketahui jadwalnya terlebih dahulu untuk memastikan sibuk tidaknya beliau pada jam-jam tertentu. Jika sudah pasti, SMS pada diluar jam sibuknya. Hal ini menghindari SMS yang tidak terbalas karena biasanya ketika sibuk, pesan SMS akan "sambil lalu" dan lupa untuk dibalas. Jangan terlalu malam dan terlalu pagi juga. Kita saja suka kesel kalau ada SMS larut malam atau terlalu pagi kan?

3. Salam dan perkenalkan diri
Jangan sekalipun kamu berharap dosen akan menyimpan nomor kontak kamu. Jikapun disimpan, bukan berarti kamu bisa langsung "sok kenal sok dekat" dengan dosen tersebut. Hal ini berlaku jika kamu yang punya keperluan dan menghubungi pertama kali. Lain hal jika dosen yang menghubungi kamu terlebih dahulu, perkenalan tidak perlu. Contoh perkenalan misalnya: "Permisi, Pak. Saya Faiz dari Ilmu Komunikasi 2010..." Untuk ucapan salam, kamu bisa sesuaikan dengan latarbelakang dosen. Jika dosen beragama muslim, bisa gunakan ucapan "Assalamu'alaikum" dan jangan disingkat karena tidak sopan. Tapi untuk lebih mudahnya bisa ucapkan "selamat pagi/siang/sore/malam" karena sifatnya universal. Setelahnya bisa gunakan kata "maaf" atau "permisi" dengan maksud merendah hati.

4. Isi pesan harus lugas dan singkat
Seperti halnya Twitter, Anggap SMS itu hanya punya batas 160 karakter atau satu format SMS. Di kolom isian SMS kamu harus susun bagaimana pesanmu bisa sampai dengan efektif tapi tidak bertele-tele. Langsung menuju inti tapi tidak disingkat. Jikapun ada yang perlu disingkat, singkatlah kata yang memang sudah umum disingkat sepeti "yang = yg, dengan = dgn, atau tidak = tdk" .

5. Ucapkan terima kasih
Di penghujung pesan, jangan lupa cantumkan ucapan terima kasih. Ucapan ini menandakan bahwa kita mengapresiasi waktu dan usaha yang beliau berikan untuk kita. Jangan mengharapkan ucapan terima kasih kembali karena bukan itu tujuan dari ucapan terima kasih yang kamu berikan. Ucapan terima kasih ini juga bisa meredakan tensi membaca pesan, terlebih jika pesan inti cukup padat dan dengan demikian kemungkinan pesan kita akan dibalas juga besar.

Contoh kasus dari kombinasi format diatas, contohnya:
1. Dosen lebih senang dihubungi via SMS.
2. Hari ini beliau ada jadwal mengajar pukul 07.30-09.30 dan 13.00-15.00.
3. Saya ingin tahu kapan bisa untuk bimbingan skripsi

"Selamat siang Pak. saya Faiz, Ilmu Komunikasi 2010. Maaf Pak, saya mau menanyakan apakah hari ini bapak ada waktu untuk konsul skripsi? Terima kasih" Total 148 karakter. Sopan dan isinya jelas serta lugas. Pesan dikirim pukul 10.00 dan pengirim sedang berada di sekitar area kampus, sehingga ketika dosen menyanggupi untuk segera, pengirim bisa langsung menghadap. Jangan menanyakan kesanggupan jika kamu sedang berada jauh dari kampus. Jikapun jauh, buatlah janji sebelumnya agar ada kesepakatan kapan bisa menghadap.

Dalam berkomunikasi dengan dosen, jangan sekali-sekali kamu berpikiran bahwa mereka adalah penghambat. Tanamkan pada pikiran bahwa mereka juga manusia yang memiliki berbagai aktifitas, sama seperti kamu. Mahasiswa memang perlu memiliki rasa empati terhadap dosen. Di sisi lain, dosen pun juga sebaiknya mencontohkan yang baik dengan bersikap profesional. Dengan demikian, tidak ada istilah "gila hormat" karena rasa hormat itu sendiri muncul dari komunikasi yang nyaman diantara keduanya.

Berkomunikasi dengan dosen juga tidak lepas dari etika dan tatakrama berkomunikasi. Kita yang lebih muda sudah semestinya sopan dan santun terhadap dosen yang lebih senior dari kita. Dalam hal "kenyamanan teknologi" pun kita para mahasiswa berbeda dengan mereka. Kita mungkin akrab dan adaptif dengan mengetik teks sampai puluhan kata kecepatan tinggi serta dengan banyaknya aplikasi komunikasi yang digunakan, tapi tidak dengan dosen, khususnya dosen yang senior karena biasanya dosen senior itu cenderung "setia" kalau urusan gadget komunikasi. Jadi, memang empati dan saling pengertian sangat penting dalam hubungan ini. Nikmatilah proses komunikasinya, karena mahasiswa dengan dosen tidak semata-mata tentang hubungan profesional, tapi juga personal.

Ketika Saya Harus SMS Dosen - Faiz Ridhal Malik
Image: google.com

P.S: Mohon maaf ya bapak/ibu dosen kalau selama ini ada SMS saya yang menyingung. 0:)

Related Articles